27 Juni 2009
Diantara sekian banyak tokoh sufi, Syaikh Abdul Qadir Jailani barangkali yang paling akrab dengan dengan indra pendengaran kita. Suatu ketika, saat beliau hendak berkunjung ke kota Baghdad, segenap penduduk kota itu dihinggapi rasa cemas. Sebagai kota yang dikenal banyak dihuni para cendekiawan, Ulama dan Ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, kedatangannya jelas tak dibutuhkan. Anggapan ini muncul karena ketakutan yang berlebihan, bahwa kehadirannya akan menjadi pesaing bagi mereka.
Atas desakan ilmuwan dan agamawan, pemegang otoritas kota kemudian mengutus seorang kurir untuk mengantarkan cawan berisi air agar disampaikan kepada Syaikh Abdul Qadir yang masih berada di luar kota. Cawan berisi air itu sebagai tanda bahwa kota Baghdad sudah penuh sesak dengan para ilmuwan dan tokoh agama hingga kehadirannya tidak dibutuhkan.
Beliau paham betul pesan di balik secawan air yang dikirim kepadanya. Ia kemudian mengambil setangkai setangkai bunga mawar dan meletakkannya di atas air, seraya meminta si kurirmembawa kembali cawan itu. ” Tolong kembalikan cawan ini kepada mereka yang mengutusmu kemari”. Demikian pesan Syaikh kepada si kurir
Sesampai di kota, para cendekiawan dan pemuka agama dibuat terkejut melihat si kurir membawa kembali cawan tersebut. Menyaksikan keelokan bunga mawar di atas cawan dan harum wangi yang dibawanya, membuat mereka sadar bahwa kehadiran seorang bijak bagai bunga mawar yang tak akan membebani siapapun. Kebijakan seorang sufi justru menawarkan kegairahan dan kesegaran baru, bagai air yang tak lagi tawar karena aroma mawar di atasnya.
Atas desakan ilmuwan dan agamawan, pemegang otoritas kota kemudian mengutus seorang kurir untuk mengantarkan cawan berisi air agar disampaikan kepada Syaikh Abdul Qadir yang masih berada di luar kota. Cawan berisi air itu sebagai tanda bahwa kota Baghdad sudah penuh sesak dengan para ilmuwan dan tokoh agama hingga kehadirannya tidak dibutuhkan.
Beliau paham betul pesan di balik secawan air yang dikirim kepadanya. Ia kemudian mengambil setangkai setangkai bunga mawar dan meletakkannya di atas air, seraya meminta si kurirmembawa kembali cawan itu. ” Tolong kembalikan cawan ini kepada mereka yang mengutusmu kemari”. Demikian pesan Syaikh kepada si kurir
Sesampai di kota, para cendekiawan dan pemuka agama dibuat terkejut melihat si kurir membawa kembali cawan tersebut. Menyaksikan keelokan bunga mawar di atas cawan dan harum wangi yang dibawanya, membuat mereka sadar bahwa kehadiran seorang bijak bagai bunga mawar yang tak akan membebani siapapun. Kebijakan seorang sufi justru menawarkan kegairahan dan kesegaran baru, bagai air yang tak lagi tawar karena aroma mawar di atasnya.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)